Memilih Jodoh Seperti Memilih Skincare
Wait, ini bukan endors skincare, ya..
Kemarin malam, saat heningnya dapur membuat saya merasa diserang rasa kesepian yang teramat mengenaskan dalam sejarah hidup selama 29 tahun, mencoba meningkatkan rasa jumawa yang tak pernah-pernah mau dinaikan. Sebenarnya buat menghibur diri, kuat-kuatin diri sendiri kalau saya mampu selesaikan orderan Kue Telur Gabus sendirian sebanyak 2 kilogram dalam semalam suntuk. Lalu ternyata si sifat jumawa ini kalah dengan adanya warga nyamuk datang lebih sigap menyergap kaki, tangan, sampai wajah saya (Alhamdulillah gak sampai bentol-bentol).
Hah! ternyata tidak ada gunanya juga sok-sok kuat, bestie. Mau tak mau tetap harus selesaikan adonan ini, sebab harus dikirim ke luar kota esok paginya. Tak berakhir sampai di situ, hari ini musti baghai qudha lagi, ngerjain orderan selanjutnya. Oke, sip!
Dari podcast itu, saya mikir... Lebih cocoknya, saya mengajak diri saya bercakap-cakap soal ini. Isi kepala otak saya mulai riuh. Mendadak rame bener. Seperti diserang ibu-ibu komplek “nah tuh, nah kan...”
Memilih jodoh ibarat memilih skincare
Lalu, apa yang terjadi setelah saya salah pilih skincare dan tidak riset dulu?
4,5 tahun!!
Kurang lebih selama detox itu, saya coba membaca banyak referensi dan ilmu tentang ‘per-skincare-an’. Saya baru sadar bahwa meriset itu penting banget! Riset bahan kandungannya, tipe kulit saya, skincare seperti apa yang dibutuhkan kulit saya, juga harga yang sesuai dengan budget saya. Kembali disadarkan untuk ‘menegok’ ke dalam diri sendiri. Merenungi kesalahan dari masa lalu. Yang jelas, setiap kejadian yang tidak enak yang kita alami, kurang lebih ada kontribusi kita didalamnya yaitu: ENGGAK RISET.
Setelah genap dua tahun saya berhenti dari skincare lama dan detox kulit, akhirnya saya mencoba untuk memberanikan diri memilih skincare lagi. Kali ini, bener-bener riset yang paling utama.
Tahap pertama, saya mengumpulkan apa-apa yang saya butuhkan dengan kondisi skin barier yang lagi saya coba sembuhkan perlahan.Tahap kedua, bahan dari skincare itu aman tidak untuk tipe kulit saya yang kering, kalau bisa dapat bonus cerah dan aman dipakai untuk usia 25+ dan yang aman juga untuk ibu hamil dan menyusui (kalau suatu saat Qadarullah dikasih amanah lagi, misal), dan harganya cocok gak untuk kondisi dompet saya yang juga sering kering 🤣
Tahap ketiga, jangan langsung check out! teliti lagi. Ada kandungan animals nya, tidak? kalau ada, jangan! Stop!Tahap keempat, jangan abaikan red flag. Misalkan dari skincare-nya ternyata premium yang muahal, musti rogoh kantong lebih dalam lagi, eh tau-tau ternyata produk palsu!
Semua yang ada di diri kamu, what you need, what you want, kembalilah melihat ke dalam diri sendiri terlebih dahulu. Begitu juga ketika berhadapan dengan rasa ‘ingin menikah lagi’. Jangan gegabah, jangan buru-buru, jangan didesak dan juga JANGAN DENIAL. Jangan karena omongan orang, lalu kamu risih dan mencari jalan pintas yang cepat agar sekedar aman dari omongan orang, atau buat tunjukkan ke mantan kalau kamu sudah menikah,
Jangan ya, bestie. eh, jangan ya, Yolanda! (kan ini tulisannya dari kepala sendiri untuk diri sendiri)
Pahami apa yang kamu butuhkan dalam relationship.
Kayak skincare, kalau mau efeknya bagus, ya musti sabar. Kadang kala juga efeknya lama, bisa sebulan atau bahkan setahun. Detox-nya jangan dirusak lagi dengan ekspektasi pengen se-glowing orang Korea lalu beralih ke produk yang tidak cocok (lagi) buat kulit kamu. Paham kan, ya, maksudnya?!
Kurang lebih begitulah analogi soal jodoh versi Yolanda. Boleh sepakat, boleh tidak. Toh dalam hidup, kita gak harus ikut standar orang lain, kan. Jadi bebas menganalogikan soal jodoh--terkait 'ingin menikah lagi’, karena di sini ceritanya tentang single mom---itu seperti apa. Dan jangan terkecoh dengan rasa sepi, kesepian, pengen dibelai, dimanja.
Healing dari emosi negatif, dari buruk sangka, dari amarah dan dendam. Bawa diri kita dekat kembali dengan Tuhan, yang barangkali sebelumnya mulai menjauh dariNya. Banyak hal-hal positif lain yang damage nya bikin kita damai tentram. Saya pribadi nyaman banget dengan gardening sampai sekarang. Bukan berarti sekarang sudah healing 100% hehe.. itu hanya salah satu ikhtiar untuk ‘sembuh’. PR saya masih banyak. Intinya ya.. masih terus berproses dari hari ke hari. Bismillah.
Sampai di sini, Yolanda kembali menengok ke adonan Kue Telur Gabus yang sudah mulai habis digoreng. Alhamdulillah.. Podcast Single Moms Indonesia pun selesai, lanjut ke episode yang lain, jika ada kesempatan, saya tulis lagi.
Be wise
Komentar