Surat Untuk Anakku #2


 Dear, Habib..

Umi belakang sering dimimpikan dengan pemandangan indah yang tidak pernah Umi lihat sebelumnya, di dunia nyata. Umi enggak tau apa arti dari mimpi-mimpi itu. Apakah akumulasi dari doa, keinginan, atau?

Entahlah..

Tapi cukup membuat Umi seakan sedang travelling ke tempat yang indah. Beberapa hari yang lalu, kamu juga hadir dalam mimpi. Datang ke rumah Umi. Dan kita jalan-jalan ke pantai, destinasi favoritmu tiap liburan tiba. Meski hanya mimpi, seakan-akan itu sudah cukup mampu mengobati rasa rindu yang teramat dalam. September lalu, genap setahun kita tidak bertemu lagi, Sayang.

Umi rindu banget!


Alhamdulillah, selama setahun ini, Umi banyak belajar dari perpisahan kita. Dari komunikasi kita yang 'terpaksa' dibatasi. Umi sudah tidak mau membenci lagi, seperti yang pernah Habib nasehati dulu,

"Kalau kita benci dengan orang, Allah marah!"

Nyatanya memang, membenci tidak membuat kita serta merta damai dan terbebas dari masalah. Justru menambah masalah baru, di dalam diri kita. Dan kita jadi men-treat hal-hal yang memusingkan juga ke dalam keseharian kita. Itu malah membuat hidup semakin terbebani secara mental dan psikis, bukan?

Dan, dari perpisahan kita ini, Umi belajar untuk berhenti membenci. Apapun yang pernah terjadi di masa lalu, yang ingin Umi simpan hanya kenangan manis tentang perjalanan Umi membesarkan dan merawat kamu.

Habib apa kabar, Nak?
Sekolahnya pasti seru, ya. Umi selalu berharap kebaikan datang untuk Habib di sana. Umi yakin, di sana, Habib baik-baik saja.

Mengenai mimpi itu, Umi berharap, itu berupa clue yang dihadirkan dalam mimpi. Yang semoga, menjadi suatu keindahan yang disiapkan hadir secara nyata dalam bentuk lain.

Dan semoga, itu adalah clue dari pertemuan indah kita di dunia nyata suatu hari nanti.

Allahumma aamiin..

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Anakku #1

Second Married is Not Simple