Alasan Dibalik Sebuah Pemberian

Bismillah...

Malam ini, sembari menemani Habib yang tadi pagi baru nyampe dari kampung, setelah beberapa bulan gak ketemu. Alhamdulillah kali ini Allah kasih waktu luang dan kesempatan untuk bermalam bersama Habib dan juga tentunya Hannan. Seperti biasa, aku mesti ngadepin cemburuannya Hannan karena tahtanya sementara diambil.

Setiba tadi pagi Habib sampai di rumah, Hannan awalnya cuek. Tapi lama-lama caper juga sama Habib. Ngeliat mereka berdua main-main, sampai bobo siang bareng, MasyaAllah... Rutinitas yang dulu selalu kami jalani bertiga, kali ini seperti sedang reuni. Ada rasa rindu pengen Habib disini aja bareng aku dan Hannan. Tapi lagi-lagi, aku mesti ingat bahwa aku harus komitmen dengan keputusanku memberikan hak asuh Habib ke abahnya. Semua demi kemaslahatan Habib, juga Hannan nantinya kalau misalkan (qadarullah) aku duluan 'pamit'. Karena meski sudah tidak bersama abahnya lagi sebagai suami-istri, anak-anak tetap punya hak atas abahnya, begitu juga sebaliknya. 

Anak-anak tidak akan aku titipkan di keluargaku, karena hak asuh anak-anak akan tetap ke abah (bersama umi baru mereka). Membayangkan bagaimana hilangnya fitrah anak-anakku sebagai laki-laki jika dibesarkan di keluarga ini. Sebagai ibu, aku berusaha memilah dan memilih yang terbaik untuk anak-anak ini, agar tidak mewarisi luka batin yang sama sepertiku.

Terkadang, terlintas pertanyaan ke diri sendiri, "kenapa ya, Allah kasih aku anak laki-laki? malah dua sekaligus.. yang Alhamdulillah gak banyak tingkah, mudah dibentuk, mudah diarahkan. Apa Allah pengen ya, diberikannya aku dua anak laki-laki ini untuk memulihkan luka-luka dan pandanganku akan kaum laki-laki --yang notabene nya kebanyakan dari laki-laki yang ada di kehidupanku itu, laki-laki yang kasar, suka mukul, suka marah-marah, tempramental, egois, sumpah serapah, dll-- agar aku bisa merasakan bentuk cinta yang unconditional itu justru dari kedua anak lelaki ku?

Mungkin, dari mereka berdua, Allah smapaikan rasa cintaNya itu melalui anak-anak ini? Sebab aku pun tak punya pasangan, lalu Allah udah merencanakan banyak hal akan semuanya untuk aku, yang ada kaitannya dengan kehadiran anak-anak laki-laki ini terlahir dari rahimku?

Yang tadinya aku gak bisa melihat bentuk cinta yang sempurna dari sosok lelaki pertama di kehidupanku, Allah memberikannya double melalui anak-anak ini. Aku berasa seperti punya bodyguards yang melindungiku dari sisi kiri dan kanan. Yang selalu memuji kelebihanku, dan menutupi kekuranganku, yang membelaku ketika aku mendapat bully-an/bentakan, yang selalu bisa menerimaku dalam kondisi apapun, baik-buruk, susah-senang, suka-duka. 

Maka tugasku saat ini sebagai ibu tunggal untuk mereka adalah, bukan memberikan sebuah kesempurnaan hidup, melainkan doa-doa yang takkan pernah putus untuk mereka sebagai modal utama mereka mengarungi kehidupan di dunia fana ini.

Aku gak perlu tampil sempurna (karena memang jauh dari kata sempurna), aku hanya perlu terus belajar, berbenah dan memberikan yang terbaik semampu. Yang pastinya, cintaku utuh, meski ragaku kelak tak ada lagi di sisi mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Anakku #2

Surat Untuk Anakku #1

Second Married is Not Simple